Kuda (Equus caballus atau Equus ferus caballus) adalah salah satu dari sepuluh spesies modern mamalia dari genus Equus. Hewan ini telah lama merupakan salah satu hewan ternak yang penting secara ekonomis, dan telah memegang peranan penting dalam pengangkutan orang dan barang selama ribuan tahun. Kuda dapat ditunggangi oleh manusia dengan menggunakan sadel dan dapat pula digunakan untuk menarik sesuatu, seperti kendaraan beroda, atau bajak. Pada beberapa daerah, kuda juga digunakan sebagai sumber makanan. Walaupun peternakan kuda diperkirakan telah dimulai sejak tahun 4500 SM, bukti-bukti penggunaan kuda untuk keperluan manusia baru ditemukan terjadi sejak 2000 SM. Dalam bahasa Jawa disebut jaran, Bahasa Makassar disebut jarang sedangkan dalam bahasa Muna di sebut Adhara.
Suku Muna Merupakan salah satu suku tersbesar yang ada di Sulawesi Tenggara, disini kuda tak Cuma di jadikan alat tunggangan tapi di acara – acara tertentu kuda di adu yang dalam bahasa setempat di sebut “Pogiraha Adhara”. Pogira adhara atau perkelahian kuda merupakan salah satu budaya suku muna yang sudah turun temurun dari Raja – raja yang ada di Kerajaan Muna. Atraksi adu kuda pada awalnya diadakan dalam rangka menyambut tamu – tamu kerajaan, tapi saat ini tradisi adu bisa juga kita saksikan pada saat perayaan HUT RI atau saat selesai Shalat Idul Fitri dan Idul Adha ataupun acara hajatan lainnya.
Kuda aduan yang akan diikutkan dalam acara Pogira Adhara biasanya kuda tersebut sudah dilatih khusus oleh pawang atau pemilik kuda sehingga ketika akan diadu kuda tersebut memiliki kemampuan tarung yang hebat. Salah satu daerah di Muna yang memiliki banyak kuda yaitu Kecamatan Lawa. Untuk menuju daerah ini jika dari Kota Raha hanya butuh waktu kurang lebih 1 Jam. Karena Jarak dari Kota Raha ke daerah ini hanya 20 Km.
Dalam prosenya agar kuda bisa saling beradu atau berkelahi, yaitu dua ekor kuda jantan dewasa yang memiliki ukuran sama besar disiapkan lalu salah satu kuda jantan tersebut di tempatkan agak jauh dari kuda jantan satunya, kemudian salah satu kuda jantan tersebut ditampilkan bersama beberapa ekor kuda betina, lalu kuda jantan satunya yang tidak punya betina akan berusaha mendekatkan atau di dekatkan ke kuda-kuda betina. Hal inilah yang memicu naluri kuda jantan yang punya betina untuk melindungi kelompok betinanya, sehingga terjadi pertarungan antara dua kuda jantan tersebut.
Pada prosesnya acara Adu kuda biasanya dipimpin oleh seorang pawang untuk mengendalikan jalannya pertarungan. Pawang bertugas memberi komando kepada para pemegang tali kekang untuk memisahkan kuda yang saling menggigit dengan cara menarik tali kekangnya. Hal ini dimaksud untuk meminimalisir luka pada kuda aduan. Sehingga jika ada kuda yang sudah tidak mau lagi berkelahi, maka pawang akan memerintahkan para pemegang tali kekang untuk menarik tali kekang kuda masing-masing.
Bagi kuda aduan yang mengalami luka-luka akibat pertarungan akan diobati dengan cara yang kalau menurut saya sangat unik, soalnya Luka yang ada pada kuda aduan tersebut akan diobati dengan menggunakan karbon dari baterai bekas yang dicampurkan dengan minyak tanah. Campuran karbon baterai dan minyak tanah tersebut dioleskan pada bagian luka sehingga darah yang keluar dari kuda tersebut bisa terhenti.
Bagi yang ingin berkunjung ke Daerah Muna untuk menyaksikan acara pogiraha adhara, nontonya jangan terlalu dekat ya… karena biasanya kuda yang bertarung akan maju atau mundur ke arah penonton sehingga tak jarang penonton yang antusias juga kerap terkena sambaran dari amukan kuda yang lagi bertarung atau berkelahi.